Selasa, 10 Desember 2013

SAMOSIR DAN TANGKAHAN
POTENSI BESAR YANG RINDU WISMAN

Oleh, Muhammad Ali, MLS

Pulau Samosir dan Tangkahan adalah dua tempat yang sangat indah tetapi kurang di kunjungi wisatawan mancanegara (wisman). Jauhnya objek-objek ini dari Bandara kemungkinan penyebab utama masalah ini. Tetapi ada masalah lain yang tidak kalah penting dan perlu mendapat perhatian pemerintah.


 Suara serine dari sebuah Ferry yang menderu-deru sebagai pertanda memanggil penumpang dari Pelabuhan Tiga Raja untuk menuju sebuah pulau yang sangat tenang, damai dan bersejarah. Air danau yang demikian jernih diterpa sinar surya adalah suatu perpaduan serasi untuk menunjukkan pada manusia alangkah sempurnanya ciptaan yang maha kuasa. Ikan dengan damainya  menari-nari mempertontonkan pada penghuni kapal “kami adalah penghuni danau sejati”. 
 Ketika Ferry merapat di mulut dermaga Tomok, secara tidak sadar kaki kita telah berada di luar Pulau Sumatera.  Pakaian bercorak khas Batak Toba dan ukiran banyak dijajakan di kedai-kedai sekitar pasar Tomok. Terasa keramahan penduduk setempat menawarkan jualan mereka. Umumnya wisatawan mengagumi Pulau Samosir ini, tapi mereka  bertanya-tanya mengapa tempat yang demikian indah, nyaman tidak berpolusi kok pengunjungnya sepi? Inilah masalah besar yang dihadapi Pulau Samosir yang dicanangkan tahun 2010 sebagai Kabupaten Pariwisata. Beberapa manager hotel berbintang yang di interview mengatakan sangat berat untuk bertahan karena tamu  sepi, yang ada wisatawan lokal ataupun wisatawan dari negara tetangga Malaysia dan Singapura.     
  
Sementara Tangkahan yang letaknya bertetangga dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)  ±105 km dari kota Medan atau 3-4 jam perjalanan dengan bus. “Pembangunan Semesta” adalah satu-satunya bus umum yang mengambil rute Medan – Tangkahan  dengan kebanyakan kondisi bus kurang nyaman di dalamnya, dipadu dengan sangat tidak nyamannya kondisi jalan. Pemerintah sebenarnya masih kurang memperhatikan jalan menuju Tangkahan,   pada hal kalau kita baca di  internet daerah ini sudah  terpromosi dengan baik. 
Kawasan Ekowisata ini berbatasan dengan Desa Namosialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat  dengan panorama hutan TNGL dipadu dengan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan yang jernih berpantaikan bebatuan yang mengawal sungai dengan kokohnya, cukup memanjakan pengunjung untuk berjalan santai di atas bebatuan indah, bersih tanpa sampah plastik sambil sesekali bisa menyeburkan badan ke sungai ini. Salah  satu tempat yang cukup strategis bagi pencinta sungai terdapat perpaduan air dingin dan air panas. Bagi yang merasa dingin bisa memanjakan tubuh, menghangatkannnya di selah-selah bebatuan yang mengeluarkan air hangat; suatu kombinasi yang sukar ditemui di daerah lain.  


Bagi yang berminat terapi berjalan tanpa alas kaki akan bisa merasakan nikmatnya. Satu-satunya kawasan wisata yang tidak ditemui sampah plastik (hebat cukup hebat, salut cukup salut). Tangkahan boleh di jadikan acuan studi banding para pelaku wisata. Terbentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) sangatlah membantu sistem managemen terpadu yang dilakukan melalui satu pintu sehingga tidak ada lagi tarik menarik pengunjung antar guide ataupun homestay, semuanya dilakukan melalui Tangkahan Visitor Center.  Suatu sistem yang sangat luar biasa dan dipatuhi oleh setiap stakeholders. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di kawasan ini diantaranya : Jelajah Hutan, dimana pengunjung dapat mempelajari flora dan fauna hutan hujan sambil melakukan treking kadang mendaki, kadang menurun sesuai kontur alam TNKS  dan tak jarang melintasi sungai yang airnya bak cermin. Perjalanan treking dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh dan usia, semua telah disiapkan oleh pengelola demi memuaskan pengunjung. Aktivitas lain adalah Jelajah Sungai dengan benen sambil menikmati monyet ekor panjang yang berayun-ayun sambil makan buah alam. Tak kalah menarik beraneka burung  tebar pesona seolah tak mau kalah dengan pesaingnya sesama penghuni rimba.  Wisata yang paling unik adalah wisata memandikan gajah. Pengunjung dengan didampingi oleh pawang bisa bermanja dengan gajah sambil menggosok-gosok badan sang raksasa ini. Unfogettable memories. Banyak lagi yang dapat dinikmati seperti berkemah, petualangan menelusuri gua dan lainnya.
Sangat disayangkan potensi yang demikian besar dan bervariasi juga managjemen yang demikan sempurna tidak didukung oleh program-program pemerintah untuk memperbaiki jalan ataupun fasilitas lain, seperti mengadakan listrik PLN di Kawasan Ekowisata Tangkahan ini.  Sampai-sampai ada artikel yang di muat di Inside Sumatra Tourism and Lifestyle Magazine Vol.14 Maret 2006, tulisan Tikwan Raya Siregar, berjudul : Negara kecil berbendera merah putih (Returning to Tangkahan a small country under the red-white flag). Sedih sangat sedih, ketika penulis mengunjungi objek ini sambil kelakar meminta dua murid SD untuk mengalunkan lagu Indonesia Raya, mereka bisa melakukannya. Jadi Tangkahan is still Indonesia.  Bukti kejayaan: Pada tahun 2004 Tangkahan di anugrahi penghargaan “Inovasi Pariwisata Indonesia” oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Kurangnya wisatawan Mancanegara berkunjung kemungkinan lamanya jarak tempuh dan buruknya kondisi jalan menuju destinasi. Sehingga penumpang bus Pembangunan Semesta layaknya dokter akan mengoperasi pasien, menutup mulut dan hidung menghindari debu yang demikian mengganas.
Secara keseluruhan bahwa Samosir dan Tangkahan sama-sama di tinggalkan wisman, pemilik hotel bersedih, pemilik restauran bersendu, para guide duduk termenung,  yang lalu lalang hanya pelancong lokal. Apakah mungkin di Pulau Samosir di bangun bandara? Pertanyaan yang sangat sukar di jawab. Aksesibilitas adalah faktor utama promosi pariwisata. Lihat Bali dan Jogjakarta, wisatawan sampai ke destinasi tanpa harus terlebih dahulu mengeluh.





 




                                                                                               



1 komentar:

  1. Samosir dan Tangkahan sama wajib di kunjungi karena punya ke unikan masing-masing

    BalasHapus