Selasa, 03 Desember 2013



BERWISATA DI PERPUSTAKAAN ALAM

 TAMAN EDEN 100

Oleh: Muhammad Ali, MLS

Kepuasan wisatawan berkunjung ke tempat wisata diantaranya ditentukan oleh udara yang segar, keamanan, keindahan juga lokasi yang mudah terjangkau. Kriteria itu sudah dipenuhi oleh Taman Eden 100. Taman ini adalah hasil tangan dingin Bung Marandus Sirait Sang Penerima Hadiah Kalpataru Bidang Perintis Lingkungan tahun 2005 dan Wahana Lestari tahun 2010.

Presiden kita yang pertama ”Bung Karno” pernah bilang “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Bung Marandus pun seharusnya bisa bilang berikan aku sepuluh pemuda yang punya komitmen bersama seperti aku, akan ku lestarikan Danau Toba.” Pujian tidak perlu bagi Bung Marandus tapi bukti nyata telah dilakukan dengan menghijaukan dan menjadikan lahan gundul menjadi sebuah taman nan indah dan lengkap. Tangan dingin Penerima Kalpataru ini  perlu mendapat acungan jempol. 

TAMAN EDEN 100
Menurut I Nyoman Sujata Kepala Badan Lingkungan Hidup Prop. Bali bahwa Pulau Bali mendapat predikat kualitas lingkungan terbaik di Indoesia. Yaitu mencapai 99.65 persen. Melampaui sasaran rata-rata Nasional yaitu 66 persen (Harian Analisa, 2012). Untuk itu mari kita tiru cara Pulau Bali menghadapi lingkungannya. Mari para orang bijak yang peduli lingkungan melakukan studi banding ke Pulau Bali, jangan ke Italy atau Turky. Karena kita bukan mau membangun menara Pizza atau Piramida.  Kalaulah ingin studi banding menghijaukan lingkungan,  Taman Eden 100 terbuka untuk siapapun yang ingin menimba ilmu. Ide dan cara  menanam pohon dan menjaga lingkungan perlu di contoh oleh siapa saja pencinta lingkungan karena akan menambah besar paru-paru dunia. Makin besar paru-paru akan makin lega kita bernafas.  


AIR TERJUN DI TAMAN EDEN 100
Taman Eden “100″ adalah sebuah Taman Wisata Alam, Taman Wisata Rohani dan Taman Pelestarian Lingkungan Hidup, juga suatu Perpustakaan Alam terindah untuk di kunjungi.  Taman ini  berada di Desa Lumban Rang – Sionggang Utara, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir, Sumut, dengan ketinggian tempat antara 1.100 – 1.750 meter diatas permukaan laut. Letaknya sangat strategis di jalan lintas Sumatera tepatnya 17 km dari kota wisata Parapat. Tujuan diadakannya Taman Eden 100 ini adalah untuk melestarikan hutan di kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Menurut pengelola Taman Eden 100 ”Marandus Sirait” bahwa penanam pohon  di Taman ini berasal dari bermacam-macam Suku Bangsa, Agama dan Golongan. Yang paling penting bagi pengelola adalah menghijukan taman ini. Menurut penulis kerja keras penggagas taman ini  sangatlah positif. Pengharapan selanjutnya adalah pemilik lahan atau lahan marga mau meniru cara kerja sang penerima  hadiah KALPATARU ini.

          Pemikiran Awal Pembentukan Taman Eden 100
Marandus Sirait, seorang guru musik di kota Medan yang telah memiliki alat-alat musik lumayan lengkap dan sudah barang tentu mempunyai murid-murid yang cukup menghibur dan membuat hidupnya bahagia. Peminat belajar musik biasanya dari golongan anak-anak yang orang tuanya memiliki kecukupan atau diatas sederhana. Karena untuk itu diperlukan biaya ekstra. Apalagi guru musik yang beroperasi di kota Medan yang termasuk sarangnya seniman. Tetapi itu
AIR  TERJUN DI TAMAN EDEN 100
semua tak membuatnya puas seutuhnya. Ketika dia pulang kampung melihat 40 hektar lahan keluarganya tandus, hatinya miris dan berpikir untuk apa saya hidup bergembira bermusik ria di kota Medan sementara lahan kampung ku tak di urus. Dengan sangat nekat..... dan boleh dikata rencana gila-gilaan (maaf bung Marandus). Alat-alat musik kesayangannya satu persatu berguguran menjadi rupiah demi membiayani dan membeli bibit pohon untuk di tanam di lahan marga ini. Pada awalnya tak kurang dari 100 jenis pohon produktif dia tanam, kemudian dia merenung dan membayangkan ”wah sorga ku akan tercipta”. Ini semua akan ku persembahkan bagi siapa saja yang akan menikmati sorgaku ini, memakan buahnya secara gratis, mandi di air terjun. Memanjakan diri di Sungai yang alangkah indahnya, tidak tercemar.  Kemudian dia menamakan sorga buatannya ini dengan nama TAMAN EDEN 100. Karena awal koleksi taman ini serba 100 yang terdiri dari Tanaman buah, tanaman hutan, Anggrek, dan lain sebagainya.  


TREKING MENUJU BUKIT MANJA

Aktivitas yang dapat dilakukan
Parapat sudah cukup dikenal dengan Danau Tobanya, seindah apapun kata dirangkai semanis apapun puisi dicipta  tak cukup untuk memuji Danau Toba. Tetapi ketika wisatawan ingin sesuatu variasi wisata demi melengkapi objek kunjungan maka jawabannya adalah Taman Eden 100.
Di Taman ini suasana Danau sama sekali hilang, hanya udara sejuk yang terbawa karena ketinggian tempat taman ini lebih tinggi dari Parapat. Menelusuri Taman Eden inci demi inci kita selalu ditakjubkan oleh pemandangan lain dari yang lain. Berbagai jenis pohon yang terjajar di pinggiran jalan setapak di taman ini, ditanam oleh pengunjung. Nama dan alamat pengunjung langsung dapat kita lihat  melalui plat nama yang sengaja di buat untuk menandakan pohon tanaman si Anu. Banyak artis ibu kota, pejabat, dan masyarakat turut berpartisipasi menyemarakkan tanaman di taman ini. Sistem adopsi penanaman pohon memang dikenakan biaya. Penanam pohon cukup membayar Rp.100.000 –  Rp.300.000 biaya itu digunakan untuk merawat pohon dan bila pohon mati akan diganti dengan bibit yang sama sehingga penanam tidak perlu ragu kalau-kalau pohon yang ditanam tidak tumbuh. Pengelolan Taman ini sangat perduli dengan tumbuhnya pepohonan di taman ini. Untuk masuk ke taman ini dipungut biaya Rp.5000/ orang, kalau yang masuk group harga bisa nego, karena pengelolan cukup pengertian dengan kantong pengunjung. Ketika penulis berkunjung ke taman ini ada tulisan yang cukup menarik perhatian ” Stroberry Petik sendiri” wah... bukan main riangnya hati. Udara segar, dipinggir sungai nan jernih, tidak jauh dari air terjun ada tawaran yang sangat menakjubkan. Makan buah gratis.

Makan bersama di Bukit Manja (Mengenang Teman yang hilang di Danau Toba)
Bagi menggemar anggrek, Taman Eden tidak kalah meriahnya. Taman Anggrek yang berada di sini mengoleksi
bermacam-macam anggrek yang berasal dari daerah setempat sehingga sebutan koleksi Anggrek Toba pun tercetus. Pengelola Taman secara khusus membangun area konservasi anggrek toba dengan label Orchid Park, termasuk salah satu taman konservasi anggrek hutan di Sumatera Utara.

  Air Terjun
Sekitar 15-20 menit berjalan kaki dari gerbang utama, para  pengunjung dapat menikmati air terjun bertingkat yang cukup jernih. Di sinilah semua kelelahan, stress dan kesibukan sehari-hari terasa fresh kembali, sepertinya  ini lah sorganya taman ini.

Trekking

Untuk melakukan trekking di Taman Eden cukup bervariasi dari mulai tingkat ringan sampai tingkat berat. Sebagai contoh Trekking ke ”Bukit Manja” memakan waktu dua setengah jam sekali jalan sehingga pengunjung harus berangkat pagi agar turun tidak kemalaman. Bersama rombongan wisatawan lokal penulis melalukan trekking yang cukup menggembirakan. Bagi pemula memang agak berat karena tanjakan yang harus didaki cukup melelahkan. Tetapi medannya tidak membahayakan sehingga pengunjung tidak perlu terlalu khawatir untuk melakukan trekking. Pengunjung berhadapan dengan sesuatu hal yang
sudah langka yaitu (plastik) dalam perjalanan trekking  yang begitu jauh tidak ditemukan sampah plastik atau bekas botol air mineral. Sementara ditempat wisata lain plastik dan bekas botol air mineral adalah pemandangan yang sudah biasa. Hal ini cukup menyejukkan hati inilah ekowisata yang sebenarnya. Ketika berbincang dengan yang punya taman kami cukup prihatin karena pohon ara atau pohon tin sumbangan dari Israel yang berada di taman ini dan sudah setinggi 1,5 meter  telah mati. Penyebab kematian belum diketahui, mungkin cuaca kurang sesuai atau terserang hama tanaman. Wah .... koleksi tanaman
yang cukup baik untuk suatu kegiatan ekowisata khususnya wisata edukasi. Mungkin inilah ECOLIBRARY atau Perpustakaan Alam yang seutuhnya. Penulis merasa cukup bangga karena punya cita-cita memadukan alam dan buku (live material dan dead material) bergabung jadi satu menjadi ”ECOLIBRARY”. Mudah-mudahan Taman Eden 100 bisa dijadikan ecolibrary bagi pencari informasi khususnya untuk peminat tanaman dan pengabdi lingkungan.
          Mari........nikmati keindahan alam dengan segala pesonanya, dan menghargai kerja keras penggagas TAMAN EDEN 100  yang sarat akan nilai fundamental. Horas
............................................”Selamat Berkunjung ”.................................


















1 komentar:

  1. Sebagai Pencinta Buku dan Pencinta Lingkungan, tman Eden 100 adalah perpaduan kedua nya

    BalasHapus