Jumat, 06 Desember 2013

 BERWISATA DAN SEMINAR DI ATAS KAPAL

Pengalaman yang tidak dapat terlupakan dan sangat langka adalah mengikuti seminar sambil berwisata diatas kapal. Keindahan pemandangan dan laut nan biru akan membuka cakrawala perpikir lebih jernih sejernih air laut yang begitu indah mempesona.

Berwisata dan sekaligus seminar dilakukan dalam perjalanan menuju  Corregidor Island Pilipina. Tempat ini adalah tempat bersejarah yang boleh dikata ”Pulau yang menjadi saksi” pertempuran dahsyat pada Perang Dunia II.  Corregidor Island terletak pada pintu masuk Manila Bay sebelah selatan pulau Luzon. Pulau ini sekitar 48 Km dari Kota Manila Ibu kota Pilipina. Manila menjadi kota yang sangat penting pada masa penjajahan Spanyol, Amerika, Jepang dan sampai saat ini karena letaknya yang strategis dan mempunyi pelabuhan laut yang cukup baik.  Saat ini Manila menjadi Kota Metropolitan dan pusat bisnis di Pilipina. Ketika berkecamuknya Perang Dunia II, medan tempur yang termasuk paling dahsyat itu adalah di  Corregidor Island. Tentara Jepang membombardir Pulau ini sampai hampir tinggal puing-puing berserakan. Demikian banyaknya tentara Pilipina, Amerika dan Jepang jadi korban di Pulau yang hanya 900 ha ini. Apa yang diperjuangkan?  ”Kekuasaan dan Harga Diri Bangsa”  



Corregidor Island menjadi tujuan seminar yang dilakukan di atas Kapal Ferry ( kapal penumpang). Peserta diberangkatkan dari Pelabuhan tua Manila yang tidak jauh dari komplek pusat kebudayaan Pilipina di Roxas Boulevard. Kapal kecil ini bermuatan ± 120 penumpang. Jumlah ini sudah cukup ideal untuk melakukan wisata dan berseminar ria di atas kapal.  Seminar bertajuk ” Mengenang Perang Dunia II” To Memorize  the World War II”. Peserta yang mengikuti seminar ini adalah para pustakawan yang setiap hari bergelut dengan buku duduk di perpustakaan melayani pengguna dari pagi hingga sore.  Sehingga seminar seperti ini adalah suatu kesempatan emas (golden chance) bagi pustakawan untuk bersatu dengan alam dan membuang kejenuhan jauh ke dasar laut. Puing-puing, semak-belukar, laut dan reruntuhan bangunan yang masih tetap dilestarikan oleh pemerintah Pilipina menjadi pustaka hidup bagi pengunjung.
 Dengan melihat suasa di Corregidor Island ini pengunjung bisa menjadi sadar betapa sukarnya untuk lepas dari penjajah. Pada seminar ini para peserta cukup santai, berkelakar dengan pemakalah dan tidak jarang suasana menjadi sedikit riuh ketika ikan lumba-lumba melompat menunjukkan tubuhnya di permukaan air seolah-olah pamer tubuh yang mulus dan indah. Tidak jarang Ferry harus oleng kanan kiri membuat peserta yang sedikit jail saling senggol sambil tersenyum. Benar-benar fresh…… perkataan inilah yang selalu terdengar dari para peserta. Terlebih-lebih bagi mereka yang jarang melakukan perjalanan melalui laut. 

Perjalanan ini memakan waktu lebih dari satu jam karena berjarak 48 km sebelah barat Manila. Tapi untuk tujuan seminar seperti ini kapal  diputar agar sedikit lama di laut dan pemateri bisa sedikit leluasa memaparkan makalah mereka.  Sampai ditempat tujuan, seminar di skor. Materi di kapal sementara dilupakan, karena seminar hanya di lakukan di atas kapal... berarti di darat murni bertujuan wisata. Pemakalah sudah bersatu dengan peserta dan sekarang semua sudah menjadi turis. Pada saat seperti ini Guide memegang kendali dan bercerita tentang Perang Dunia II dan puing-puing yang yang masih di biarkan hancur dan berlobang-lobang hasil tembakan senjata berat para tentara pejuang masih tegar terlihat.   


Tempat wisata yang berada di  Corregidor Island ini cukup banyak diantaranya Malinta Tunnel.  Malinta Tunnel  mulai dibangun pada tahun 1922 dan selesai tahun 1932.   Panjang terowongan ini  ± 278 meter, lebar 8 meter dan tinggi 6 meter. Terowongan ini adalah tempat yang sangat bersejarah karena pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Pilipina yang kedua kalinya oleh  Manuel L. Quezon dan Sergio Osmena yang masing-masing memproklamirkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Pilipina Commonwealth pada tahun 1941. Jendral Douglas MacArthur juga menggunakan Malinta Tunnel sebagai markas sekutu hingga 1942.  Tempat ini juga pernah dijadikan Stasiun Radio ( Voice of Freedom) oleh tentara Amerika. Sekarang Malinta Tunnel digunakan untuk ruang audio-visual yang dirancang oleh artis ternama Pilipina Lamberto V. Avellana. Tempat ini sangat menakjubkan karena kalau kita masuk kedalamnya seolah-olah kita sedang ditembak dari berbagai penjuru dengan suara yang sangat menyeramkan. Karena itu sebelum masuk ke dalam Tunnel,  Tour Guide mengumumkan bagi yang berpenyakit jantung dilarang turut masuk ke dalam.

 Puing-puing peninggalan pertempuran antara sekutu dan Jepang masih terpampang. Sehingga kita bisa melihat betapa hebatnya pertempuran dan betapa banyak nyawa melayang demi mempertahankan negara yang mereka cintai. Tapi sayang dibanyak negara para pahlawan kurang dihormati bahkan generasi penerus yang menikmati kemerdekaan cenderung menghancurkan negara dengan melakukan korupsi besar-besaran demi memuaskan ego sendiri. Untuk menyadarkan para petinggi negeri, sebaiknya studi banding  diarahkan ketempat seperti ini agar mereka bisa mengerti bagaimana para pendiri suatu negeri berjuang mempertahankan negaranya agar tidak terjajah. 
 Para wisatawan yang baru turun ke Corregidor Island akan di bawa dengan menggunakan kenderaan terbuka yang sangat nyaman dan menyenangkan.
Mobil keperesidenan Pilipina dan Mobil yang pernah digunakan Jend. MacArthur masih bisa disaksikan di pulau ini. Masih utuh dan sangat terawat. Demikian juga ada koleksi kendaraan Roda 3 (Becak) yang mirip dengan becak Siantar. Kendaraan ini adalah kendaraan perang yang digunakan tentara sekutu pada Perang Dunia II.
 Pemerintah Amerika membangun tempat ini adalah untuk mengenang dan sebagai penghormatan kepada para tentara Pilipina dan Amerika yang terbunuh di Corregidor Island. Tempat ini selesai dibangun tahun 1968 dan menelan biaya tiga juta Dollar Amerika. Tidak jauh dari tempat ini juga dibangun patung Jendral Douglas MacArthur yang sangat megah dan cukup kokoh sekokoh Sang Jendral. Tidak mau kalah, kemudian Jepang juga membangun taman untuk mengenang serdadu mereka yang gugur dalam pertempuran dahsyat pada Perang Dunia II. Sehingga para pejarah dan turis mengetahui pertempuran dahsyat telah terjadi di Pulau ini. Pulau ini menjadi sasaran karena letaknya yang strategis terhadap Manila.

Dalam perjalanan pulang, seminar dilanjutkan lagi dengan suasana lebih santai karena peserta dan pemakalah sepertinya sudah lelah mondar mandir di darat.  Sehingga pembacaan rangkuman pun segera dilakukan di selah-selah terngantuk-ngantuknya peserta yang diterpa angin sepoi samudra pasifik. Untunglah Pramugari diatas kapal ini cukup lincah dan anggun-anggun sehingga kantuk peserta dapat sedikit terobati.  

Sekedar Saran yang Kurang Populer
            Sumatera Utara mempunyai Pulau Samosir yang tiada kalah... indahnya. Walaupun tidak mempunyai sejarah perang seperti Corregidor, tetapi kebudayaan dan sejarah bangsa Batak bisa di jadikan objek wisata menarik. Seandainya kita jeli melihat peluang wisata.... maka kita bisa merencanakan Seminar Lingkunagn Hidup di atas kapal pesiar.... Danau Toba. Seminar sambil berkeliling Danau Toba. Langsung melihat alam dari atas kapal. Acara yang demikian pasti akan menarik para ilmuan. Semoga gagasan ini boleh menjadi acuan bagi pengelola wisata dan para ilmuan untuk berseminar ria dan mengetahui alam nyata. 

 

























                                                                                                




1 komentar: