Jumat, 13 Desember 2013

   
  BERGURU PADA ALAM TERKEMBANG  
DI OBJEK EKOWISATA AEK ANULI

Oleh:  Muhammad Ali, MLS


Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata yang berwawasan lingkungan, mempunyai unsur pendidikan konservasi dan mempunyai kepedulian terhadap masyarakat lokal.


          Belajar pada alam terkembang adalah belajar yang paling indah, karena kita akan  menyadari betapa kuasanya Tuhan yang maha esa dengan segala ciptaannya.  Untuk itu marilah belajar dari alam yang demikian indah dan mempesona, keingintahuan kita akan bertambah dari hari ke hari, apalagi dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi maka akan lengkaplah ilmu yang kita miliki. Pengunjung pada Hutan Penelitian Aek Nauli dapat langsung belajar di alam terbuka. 


Berdampingan dengan alam, bersentuhan dengan pepohonon, dan beratapkan canopy rindang pepohonan hutan dibalut udara sejuk dengan  hembusan angin sepoi. Ibarat satu paket kenikmatan yang  akan menambah kesegaran tubuh dan sukar untuk diungkapkan dengan kata-kata yang seindah apapun. Dalam perjalanan, alam akan menyuguhkan panorama indah melihat danau toba dari sudut pandang berbeda yaitu dari ketinggian 1384 m.dpl. Para treker juga dapat menikmati Nephentes ( kantong semar) tumbuhan langka yang sukar dijumpai di sembarang tempat.   
 
Pemandangan dari Puncak Panorama 
Hutan Penelitian Aek Nauli telah ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.39/Menhut-II/2005, tanggal 7 Pebruari 2005. Luas arealnya adalah 1.900 hektar. Mandat utama yang dibebankan sebagai tujuan khusus kawasan ini, selain untuk tujuan penelitian


kehutanan dalam arti luas, adalah untuk pengembangan kegiatan ekowisata. Sejak tahun 1996, Kawasan Hutan Penelitian Aek Nauli yang saat ini sudah menjadi KHDTK Aek Nauli, telah dipromosikan menjadi Daerah Tujuan Ekowisata. Berbagai kegiatan ekowisata telah banyak dilakukan, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun
                                      
masyarakat umum. Bahkan pengunjung dari mancanegara pun turut ambil bagian. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, sebagai lembaga yang diberi mandat untuk mengelola kawasan ini, secara bertahap terus melakukan pembenahan, perbaikan, penataan, dan penambahan produk ekowisata guna meningkatkan minat pengunjung. Hal-hal yang sudah dilakukan anatara lain pembuatan jalur trekking, camping ground, picnic area, shelter, arboretum, dan
pembinaan pegawai maupun warga untuk dijadikan tenaga pemandu wisata yang profesional. Pembinaan kepada ibu-ibu darma wanita juga tidak ketinggalan  guna meningkatkan pelayanan pengunjung, khususnya pelayanan konsumsi. 

Saat ini KHDTK Aek Nauli mempunyai keunggulan komparatif  dibandingkan daerah kunjungan lain, antara lain adalah keamanan pengunjung sangat terjaga, alam yang indah, segar, nyaman dan pelayanan satu atap. Disamping itu ada juga fasilitas kantor yang dapat digunakan untuk kegiatan edukasi seperti perpustakaan, ruang pertemuan, gedung olah raga, guest house. Beberapa laboratorium juga dapat dijadikan arena belajar dan studi banding pengunjung. Keunggulan lain adalah letaknya yang strategis berada pada jalur lintas Sumatera dan dekat dengan kawasan wisata Danau Toba, sehingga pengunjung dapat mengkombinasikan wisata air danau toba dengan wisata hutan dataran tinggi Aek Nauli. Hal ini merupakan perpaduan wisata yang sangat menarik yang menjanjikan petualangan alam lebih kompleks yang tentunya akan membuat pengunjung merasa lebih puas dan tertantang. Untuk tahun 2012 jumlah pengunjung sudah lumayan banyak yaitu 2116 orang dari berbagai group.

Sungai yang Mengalir dekat Camping Ground


LETAK DAN AKSESIBILITAS KHDTK AEK NAULI
Secara administrasi pemerintahan, KHDTK Aek Nauli termasuk dalam wilayah Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, dan terletak di jalan lintas Sumatera tepatnya di lintas Pematang Siantar – Parapat yang berjarak 10 km dari Kota Wisata Parapat dan mudah terjangkau.

FASILIAS YANG TELAH ADA
          Piknik Area, Bumi Perkemahan (Camping Ground),  empat buah shelter dan jalur treking (ringan dan sedang).   Kegiatan  yang dapat dilakukan pengunjung adalah Berkemah, Outbond Training, Treking, Turun tebing, Jalan santai, Pengamatan burung (Birds watching), Pengamatan Budidaya lebah madu,  penyadapan getah kemenyan dan getah pinus. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan menjadi pengalaman yang tidak adakan terlupakan karena pengunjung dapat memanen sendiri Hasil Hutan Bukan Kayu.
Aek Nauli sebenarnya sudah dikenal secara internasional, hal ini terbukti ketika adanya Lake Toba Summit (LTS) yang mana Aek Nauli telah ditunjuk  sebagai tuan rumah penyelenggaraan Penanaman Pohon Kenangan (Tree Planting Ceremony). Dalam acara tersebut, dilokasi arboretum di sekitar kawasan telah ditanam sekitar 100 batang pohon yang terdiri dari 26 jenis. Yang ditanam delegasi LTS yang berasal dari berbagai Negara. Lokasi penanaman pohon kenangan ini menjadi suatu tempat bersejarah yang akan selalu dikenang dan bisa dijadikan objek wisata turun temurun khususnya bagi pengadopsi pohon dan keturunannya. Objek Ekowisata Aek Nauli dan sekitarnya adalah the second house of Siantar Hash karena para hasher sering kali berkunjung ke tempat ini untuk menikmati keindahan alam dan hutan Aek Nauli.
MANFAAT KEGIATAN

Kegiatan ini diharapkan agar memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain kepada BPK Aek Nauli, masyarakat sekitar, dan pemerintah. Bagi BPK Aek Nauli manfaatnya adalah meningkatkan eksistensi karena akan dikenal oleh kalangan yang lebih luas, bahkan sampai ke mancanegara. Bagi masyarakat sekitar, yang bertempat tinggal di Aek Nauli akan memberikan sumber penghasilan tambahan sebagai penyedia makanan, porter, dan jasa lainnya. Selain manfaat ekonomi, juga akan memberi manfaat sosial antara lain menambah rasa betah tinggal di remote area. Dengan banyaknya pengunjung diharapkan menjadi pengobat kejenuhan hidup di
                          
pinggiran hutan pinus. Bagi pemerintah, akan memberikan manfaat berupa terpeliharanya kawasan dari kerusakan dan adanya inovasi baru di bidang ekowisata yang memungkinkan untuk diterapkan di daerah lain. Dengan ber ekowisata berarti mendapatkan penghasilan tambahan dari hutan tanpa merusak, bahkan turut mengkonservasi hutan tersebut.  
















































Selasa, 10 Desember 2013

SAMOSIR DAN TANGKAHAN
POTENSI BESAR YANG RINDU WISMAN

Oleh, Muhammad Ali, MLS

Pulau Samosir dan Tangkahan adalah dua tempat yang sangat indah tetapi kurang di kunjungi wisatawan mancanegara (wisman). Jauhnya objek-objek ini dari Bandara kemungkinan penyebab utama masalah ini. Tetapi ada masalah lain yang tidak kalah penting dan perlu mendapat perhatian pemerintah.


 Suara serine dari sebuah Ferry yang menderu-deru sebagai pertanda memanggil penumpang dari Pelabuhan Tiga Raja untuk menuju sebuah pulau yang sangat tenang, damai dan bersejarah. Air danau yang demikian jernih diterpa sinar surya adalah suatu perpaduan serasi untuk menunjukkan pada manusia alangkah sempurnanya ciptaan yang maha kuasa. Ikan dengan damainya  menari-nari mempertontonkan pada penghuni kapal “kami adalah penghuni danau sejati”. 
 Ketika Ferry merapat di mulut dermaga Tomok, secara tidak sadar kaki kita telah berada di luar Pulau Sumatera.  Pakaian bercorak khas Batak Toba dan ukiran banyak dijajakan di kedai-kedai sekitar pasar Tomok. Terasa keramahan penduduk setempat menawarkan jualan mereka. Umumnya wisatawan mengagumi Pulau Samosir ini, tapi mereka  bertanya-tanya mengapa tempat yang demikian indah, nyaman tidak berpolusi kok pengunjungnya sepi? Inilah masalah besar yang dihadapi Pulau Samosir yang dicanangkan tahun 2010 sebagai Kabupaten Pariwisata. Beberapa manager hotel berbintang yang di interview mengatakan sangat berat untuk bertahan karena tamu  sepi, yang ada wisatawan lokal ataupun wisatawan dari negara tetangga Malaysia dan Singapura.     
  
Sementara Tangkahan yang letaknya bertetangga dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)  ±105 km dari kota Medan atau 3-4 jam perjalanan dengan bus. “Pembangunan Semesta” adalah satu-satunya bus umum yang mengambil rute Medan – Tangkahan  dengan kebanyakan kondisi bus kurang nyaman di dalamnya, dipadu dengan sangat tidak nyamannya kondisi jalan. Pemerintah sebenarnya masih kurang memperhatikan jalan menuju Tangkahan,   pada hal kalau kita baca di  internet daerah ini sudah  terpromosi dengan baik. 
Kawasan Ekowisata ini berbatasan dengan Desa Namosialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat  dengan panorama hutan TNGL dipadu dengan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan yang jernih berpantaikan bebatuan yang mengawal sungai dengan kokohnya, cukup memanjakan pengunjung untuk berjalan santai di atas bebatuan indah, bersih tanpa sampah plastik sambil sesekali bisa menyeburkan badan ke sungai ini. Salah  satu tempat yang cukup strategis bagi pencinta sungai terdapat perpaduan air dingin dan air panas. Bagi yang merasa dingin bisa memanjakan tubuh, menghangatkannnya di selah-selah bebatuan yang mengeluarkan air hangat; suatu kombinasi yang sukar ditemui di daerah lain.  


Bagi yang berminat terapi berjalan tanpa alas kaki akan bisa merasakan nikmatnya. Satu-satunya kawasan wisata yang tidak ditemui sampah plastik (hebat cukup hebat, salut cukup salut). Tangkahan boleh di jadikan acuan studi banding para pelaku wisata. Terbentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) sangatlah membantu sistem managemen terpadu yang dilakukan melalui satu pintu sehingga tidak ada lagi tarik menarik pengunjung antar guide ataupun homestay, semuanya dilakukan melalui Tangkahan Visitor Center.  Suatu sistem yang sangat luar biasa dan dipatuhi oleh setiap stakeholders. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di kawasan ini diantaranya : Jelajah Hutan, dimana pengunjung dapat mempelajari flora dan fauna hutan hujan sambil melakukan treking kadang mendaki, kadang menurun sesuai kontur alam TNKS  dan tak jarang melintasi sungai yang airnya bak cermin. Perjalanan treking dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh dan usia, semua telah disiapkan oleh pengelola demi memuaskan pengunjung. Aktivitas lain adalah Jelajah Sungai dengan benen sambil menikmati monyet ekor panjang yang berayun-ayun sambil makan buah alam. Tak kalah menarik beraneka burung  tebar pesona seolah tak mau kalah dengan pesaingnya sesama penghuni rimba.  Wisata yang paling unik adalah wisata memandikan gajah. Pengunjung dengan didampingi oleh pawang bisa bermanja dengan gajah sambil menggosok-gosok badan sang raksasa ini. Unfogettable memories. Banyak lagi yang dapat dinikmati seperti berkemah, petualangan menelusuri gua dan lainnya.
Sangat disayangkan potensi yang demikian besar dan bervariasi juga managjemen yang demikan sempurna tidak didukung oleh program-program pemerintah untuk memperbaiki jalan ataupun fasilitas lain, seperti mengadakan listrik PLN di Kawasan Ekowisata Tangkahan ini.  Sampai-sampai ada artikel yang di muat di Inside Sumatra Tourism and Lifestyle Magazine Vol.14 Maret 2006, tulisan Tikwan Raya Siregar, berjudul : Negara kecil berbendera merah putih (Returning to Tangkahan a small country under the red-white flag). Sedih sangat sedih, ketika penulis mengunjungi objek ini sambil kelakar meminta dua murid SD untuk mengalunkan lagu Indonesia Raya, mereka bisa melakukannya. Jadi Tangkahan is still Indonesia.  Bukti kejayaan: Pada tahun 2004 Tangkahan di anugrahi penghargaan “Inovasi Pariwisata Indonesia” oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Kurangnya wisatawan Mancanegara berkunjung kemungkinan lamanya jarak tempuh dan buruknya kondisi jalan menuju destinasi. Sehingga penumpang bus Pembangunan Semesta layaknya dokter akan mengoperasi pasien, menutup mulut dan hidung menghindari debu yang demikian mengganas.
Secara keseluruhan bahwa Samosir dan Tangkahan sama-sama di tinggalkan wisman, pemilik hotel bersedih, pemilik restauran bersendu, para guide duduk termenung,  yang lalu lalang hanya pelancong lokal. Apakah mungkin di Pulau Samosir di bangun bandara? Pertanyaan yang sangat sukar di jawab. Aksesibilitas adalah faktor utama promosi pariwisata. Lihat Bali dan Jogjakarta, wisatawan sampai ke destinasi tanpa harus terlebih dahulu mengeluh.





 




                                                                                               



Jumat, 06 Desember 2013


BUKIT LANGKISAU NAN EKSOTIS
Oleh,
MUHAMMAD ALI, MLS

 Bukit Langkisau yang terletak pada jantung kota Painan adalah salah satu  objek wisata eksotis di Kabupaten Pesisir Selatan. Pemandangan indah bukit ini memberikan kesan tak terlupakan bagi pengunjung yaitu berpadunya pemandangan gunung, laut, sungai dan kota Painan.  Kesemuanya dapat dinikmati dari bukit yang letaknya hanya ± 4 km dari pusat kota Painan.


Ranah Minangkabau pada umumnya memiliki Topografi berbukit-bukit. Kebanyakan perbukitan daerah ini menunjukkan keberhasilan tanaman penghijauan dan reboisasi tahun 80an. Perbukitan laksana jamrut terhampar sepanjang mata memandang. Kesadaran masyarakat yang lumayan tinggi untuk melestarikan alam sekitarnya serta mematuhi program pemerintah dan petuah datuk dan ninik mamak menyebabkan kelestarian alam cukup terjaga.  


 Mereka merasa malu bila melanggar petuah orang yang dituakan. Secara keseluruhan Prov. Sumatera Barat memang indah untuk di kunjungi seperti Kota Legendaris Bukittinggi dengan Jam Gadang, Ngarai Sianok dan Lobang Jepang nya,  Kabupaten 50 Kota dengan Lembah Haraunya, ada juga Danau Singkarak, Koto Gadang (tempat pembuatan sovenier dari bahan perak), Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah dan jangan dilupakan Painan dengan se abrek tempat wisata. Dan  Bukit Langkisau  terhampar laksana  perawan desa. Indah, asri menakjubkan. Painan is not the End of the World.


 
 Aksesibilitas dan Potensi Langkisau
Di Provinsi Sumatera Barat setiap tempat yang menuju objek wisata pada umumnya aksesibilitas nya baik, sehingga pengunjung bisa senang menikmati objek yang ditawarkan. Seperti halnya bagi pengunjung yang berminat menginjakkan kaki  di Bukit Langkisau sangatlah mudah. Objek ini hanya berjarak sekitar 70 km dari Kota Padang atau hanya sekitar ± 4 km dari kota Painan. Ongkos angkutan mobil travel dari Padang juga relatif terjangkau hanya Rp.25.000an. Bagi yang berkedudukan di Painan  (tidak memiliki kendaraan sendiri) ojek adalah angkutan murah meriah dapat mengantarkan kita ke puncak bukit ini dengan harga tidak lebih dari Rp.5.000.-
Bukit Langkisau dengan ketinggian puncak mencapai 214 meter diatas permukaan laut, jalan menuju puncak sudah beraspal mulus dan cukup lebar, sehingga pengunjung dengan leluasa menikmati keindahan alam sambil menikmati kuliner di kedai-kedai khas Minangkabau sebagai pelepas lelah.
Objek ini berlokasi tepat di jantung kota Sunset di Langkisau
Painan, Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan. Pada pagi hari libur,  demikian banyaknya masyarakat berjalan santai ataupun lari pagi untuk menikmati keindahan, kesegaran udara, kenyamanan suasana demi menenangkan  jiwa. Anak-anak dengan riang gembira menikmati masa kekanakan mereka sambil makan makanan ringan bawaan mereka atau membeli pada kedai di Puncak Langkisau sambil menunggu terbitnya sang surya.
Kota Painan dapat dinikmati seutuhnya dari puncak yang terletak di sebelah timur Langkisau, sedangkan sebelah baratnya hamparan pasir putih Pantai Carocok, Pantai Salido, pulau-pulau kecil dan sampan-sampan nelayan tak kalah menarik untuk di nikmati. Bagi peminat fotografi di sinilah perpaduan yang sangat serasi antara Gunung, Pantai, Laut, Nelayan, Sunset, Sungai dan Pasir Putih sekaligus dapat di nobatkan pada kamera sang Fotografer.  Saat yang tepat mengunjungi puncak bukit adalah sore menjelang sang surya terbenam. Pantulan sinar surya keemasan di permukaan laut adalah pemandangan spektakuler bagi wisatawan.

Beberapa aktivitas di Bukit Langkisau dapat dilakukan oleh para pengunjung, yaitu paralayang. Paralayang adalah kegiatan adventure yang penuh tantangan. Penataan yang apik di puncak bukit sehingga paralayang dapat start dengan nyaman. Pendaratannya dilakukan di Pantai Salido yang  terletak  sebelah utara kota Painan.
                                                                                     
Sampah Plastik
Secara keseluruhan manajemen pengaturan sampah di Ranah Minang sudah sangat teratur, demikian juga halnya pada Bukit Langkisau ini. Tetapi masih ada pengunjung yang membuang sampah ke dalam jurang di Puncak Bukit. Hal ini sangat... sangat disayangkan.   Dari hasil wawancara dengan beberapa pengusaha kedai yang berada di bundaran bukit mengakatan bahwa sebenarnya mereka telah menyediakan tempat sampah, tetapi masyarakat kelihatannya ada yang kurang paham akan kebersihan. Pemerintah Daerah juga telah menyediakan  truk penggangkut sampah ke Bukit Langkisau. Di satu pihak kebersihan sangat dirindukan dengan slogan ”Kebersihan adalah Sebahagian dari Iman” tetapi di pihak lain sampah plastic masih ada juga berserakan disana sini. Ini pertanda belum utuhnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Tidak perlu saling menyalahkan tapi mari memperbaiki kekurangan demi terjaganya kualitas lingkungan yang Asri untuk meningkatkan kualitas objek wisata di Bukit Langkisau. 

Mari sama-sama membangun kualitas Sumber Daya Manusia sehingga para pengunjung merasa puas menikmati pemandangan indah anugrah Sang Pencipta dengan lingkungan bersih tanpa noda.  Hal ini penting sehingga Bukit Langkisau lebih Layak jual untuk  wisatawan mancanegara karena Bukit Langkisau juga adalah surganya paralayang dan sudah dimanfaatkan oleh paralayang lokal dan dari mancanegara. Bukan itu saja di bukit Langkisau ini juga ada sebuah makam yang dikeramatkan oleh orang-orang tertentu, orang sekitar Bukit Langkisau memberi Nama Makam itu dengan makam Tampat Bukit Langkisau. Mari menikmati keidahan Alam di negara sendiri sehingga pariwisata negara kita bisa lebih maju dan dikenal di mancanegara.














 BERWISATA DAN SEMINAR DI ATAS KAPAL

Pengalaman yang tidak dapat terlupakan dan sangat langka adalah mengikuti seminar sambil berwisata diatas kapal. Keindahan pemandangan dan laut nan biru akan membuka cakrawala perpikir lebih jernih sejernih air laut yang begitu indah mempesona.

Berwisata dan sekaligus seminar dilakukan dalam perjalanan menuju  Corregidor Island Pilipina. Tempat ini adalah tempat bersejarah yang boleh dikata ”Pulau yang menjadi saksi” pertempuran dahsyat pada Perang Dunia II.  Corregidor Island terletak pada pintu masuk Manila Bay sebelah selatan pulau Luzon. Pulau ini sekitar 48 Km dari Kota Manila Ibu kota Pilipina. Manila menjadi kota yang sangat penting pada masa penjajahan Spanyol, Amerika, Jepang dan sampai saat ini karena letaknya yang strategis dan mempunyi pelabuhan laut yang cukup baik.  Saat ini Manila menjadi Kota Metropolitan dan pusat bisnis di Pilipina. Ketika berkecamuknya Perang Dunia II, medan tempur yang termasuk paling dahsyat itu adalah di  Corregidor Island. Tentara Jepang membombardir Pulau ini sampai hampir tinggal puing-puing berserakan. Demikian banyaknya tentara Pilipina, Amerika dan Jepang jadi korban di Pulau yang hanya 900 ha ini. Apa yang diperjuangkan?  ”Kekuasaan dan Harga Diri Bangsa”  



Corregidor Island menjadi tujuan seminar yang dilakukan di atas Kapal Ferry ( kapal penumpang). Peserta diberangkatkan dari Pelabuhan tua Manila yang tidak jauh dari komplek pusat kebudayaan Pilipina di Roxas Boulevard. Kapal kecil ini bermuatan ± 120 penumpang. Jumlah ini sudah cukup ideal untuk melakukan wisata dan berseminar ria di atas kapal.  Seminar bertajuk ” Mengenang Perang Dunia II” To Memorize  the World War II”. Peserta yang mengikuti seminar ini adalah para pustakawan yang setiap hari bergelut dengan buku duduk di perpustakaan melayani pengguna dari pagi hingga sore.  Sehingga seminar seperti ini adalah suatu kesempatan emas (golden chance) bagi pustakawan untuk bersatu dengan alam dan membuang kejenuhan jauh ke dasar laut. Puing-puing, semak-belukar, laut dan reruntuhan bangunan yang masih tetap dilestarikan oleh pemerintah Pilipina menjadi pustaka hidup bagi pengunjung.
 Dengan melihat suasa di Corregidor Island ini pengunjung bisa menjadi sadar betapa sukarnya untuk lepas dari penjajah. Pada seminar ini para peserta cukup santai, berkelakar dengan pemakalah dan tidak jarang suasana menjadi sedikit riuh ketika ikan lumba-lumba melompat menunjukkan tubuhnya di permukaan air seolah-olah pamer tubuh yang mulus dan indah. Tidak jarang Ferry harus oleng kanan kiri membuat peserta yang sedikit jail saling senggol sambil tersenyum. Benar-benar fresh…… perkataan inilah yang selalu terdengar dari para peserta. Terlebih-lebih bagi mereka yang jarang melakukan perjalanan melalui laut. 

Perjalanan ini memakan waktu lebih dari satu jam karena berjarak 48 km sebelah barat Manila. Tapi untuk tujuan seminar seperti ini kapal  diputar agar sedikit lama di laut dan pemateri bisa sedikit leluasa memaparkan makalah mereka.  Sampai ditempat tujuan, seminar di skor. Materi di kapal sementara dilupakan, karena seminar hanya di lakukan di atas kapal... berarti di darat murni bertujuan wisata. Pemakalah sudah bersatu dengan peserta dan sekarang semua sudah menjadi turis. Pada saat seperti ini Guide memegang kendali dan bercerita tentang Perang Dunia II dan puing-puing yang yang masih di biarkan hancur dan berlobang-lobang hasil tembakan senjata berat para tentara pejuang masih tegar terlihat.   


Tempat wisata yang berada di  Corregidor Island ini cukup banyak diantaranya Malinta Tunnel.  Malinta Tunnel  mulai dibangun pada tahun 1922 dan selesai tahun 1932.   Panjang terowongan ini  ± 278 meter, lebar 8 meter dan tinggi 6 meter. Terowongan ini adalah tempat yang sangat bersejarah karena pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Pilipina yang kedua kalinya oleh  Manuel L. Quezon dan Sergio Osmena yang masing-masing memproklamirkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Pilipina Commonwealth pada tahun 1941. Jendral Douglas MacArthur juga menggunakan Malinta Tunnel sebagai markas sekutu hingga 1942.  Tempat ini juga pernah dijadikan Stasiun Radio ( Voice of Freedom) oleh tentara Amerika. Sekarang Malinta Tunnel digunakan untuk ruang audio-visual yang dirancang oleh artis ternama Pilipina Lamberto V. Avellana. Tempat ini sangat menakjubkan karena kalau kita masuk kedalamnya seolah-olah kita sedang ditembak dari berbagai penjuru dengan suara yang sangat menyeramkan. Karena itu sebelum masuk ke dalam Tunnel,  Tour Guide mengumumkan bagi yang berpenyakit jantung dilarang turut masuk ke dalam.

 Puing-puing peninggalan pertempuran antara sekutu dan Jepang masih terpampang. Sehingga kita bisa melihat betapa hebatnya pertempuran dan betapa banyak nyawa melayang demi mempertahankan negara yang mereka cintai. Tapi sayang dibanyak negara para pahlawan kurang dihormati bahkan generasi penerus yang menikmati kemerdekaan cenderung menghancurkan negara dengan melakukan korupsi besar-besaran demi memuaskan ego sendiri. Untuk menyadarkan para petinggi negeri, sebaiknya studi banding  diarahkan ketempat seperti ini agar mereka bisa mengerti bagaimana para pendiri suatu negeri berjuang mempertahankan negaranya agar tidak terjajah. 
 Para wisatawan yang baru turun ke Corregidor Island akan di bawa dengan menggunakan kenderaan terbuka yang sangat nyaman dan menyenangkan.
Mobil keperesidenan Pilipina dan Mobil yang pernah digunakan Jend. MacArthur masih bisa disaksikan di pulau ini. Masih utuh dan sangat terawat. Demikian juga ada koleksi kendaraan Roda 3 (Becak) yang mirip dengan becak Siantar. Kendaraan ini adalah kendaraan perang yang digunakan tentara sekutu pada Perang Dunia II.
 Pemerintah Amerika membangun tempat ini adalah untuk mengenang dan sebagai penghormatan kepada para tentara Pilipina dan Amerika yang terbunuh di Corregidor Island. Tempat ini selesai dibangun tahun 1968 dan menelan biaya tiga juta Dollar Amerika. Tidak jauh dari tempat ini juga dibangun patung Jendral Douglas MacArthur yang sangat megah dan cukup kokoh sekokoh Sang Jendral. Tidak mau kalah, kemudian Jepang juga membangun taman untuk mengenang serdadu mereka yang gugur dalam pertempuran dahsyat pada Perang Dunia II. Sehingga para pejarah dan turis mengetahui pertempuran dahsyat telah terjadi di Pulau ini. Pulau ini menjadi sasaran karena letaknya yang strategis terhadap Manila.

Dalam perjalanan pulang, seminar dilanjutkan lagi dengan suasana lebih santai karena peserta dan pemakalah sepertinya sudah lelah mondar mandir di darat.  Sehingga pembacaan rangkuman pun segera dilakukan di selah-selah terngantuk-ngantuknya peserta yang diterpa angin sepoi samudra pasifik. Untunglah Pramugari diatas kapal ini cukup lincah dan anggun-anggun sehingga kantuk peserta dapat sedikit terobati.  

Sekedar Saran yang Kurang Populer
            Sumatera Utara mempunyai Pulau Samosir yang tiada kalah... indahnya. Walaupun tidak mempunyai sejarah perang seperti Corregidor, tetapi kebudayaan dan sejarah bangsa Batak bisa di jadikan objek wisata menarik. Seandainya kita jeli melihat peluang wisata.... maka kita bisa merencanakan Seminar Lingkunagn Hidup di atas kapal pesiar.... Danau Toba. Seminar sambil berkeliling Danau Toba. Langsung melihat alam dari atas kapal. Acara yang demikian pasti akan menarik para ilmuan. Semoga gagasan ini boleh menjadi acuan bagi pengelola wisata dan para ilmuan untuk berseminar ria dan mengetahui alam nyata. 

 

























                                                                                                




Selasa, 03 Desember 2013



BERWISATA DI PERPUSTAKAAN ALAM

 TAMAN EDEN 100

Oleh: Muhammad Ali, MLS

Kepuasan wisatawan berkunjung ke tempat wisata diantaranya ditentukan oleh udara yang segar, keamanan, keindahan juga lokasi yang mudah terjangkau. Kriteria itu sudah dipenuhi oleh Taman Eden 100. Taman ini adalah hasil tangan dingin Bung Marandus Sirait Sang Penerima Hadiah Kalpataru Bidang Perintis Lingkungan tahun 2005 dan Wahana Lestari tahun 2010.

Presiden kita yang pertama ”Bung Karno” pernah bilang “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Bung Marandus pun seharusnya bisa bilang berikan aku sepuluh pemuda yang punya komitmen bersama seperti aku, akan ku lestarikan Danau Toba.” Pujian tidak perlu bagi Bung Marandus tapi bukti nyata telah dilakukan dengan menghijaukan dan menjadikan lahan gundul menjadi sebuah taman nan indah dan lengkap. Tangan dingin Penerima Kalpataru ini  perlu mendapat acungan jempol. 

TAMAN EDEN 100
Menurut I Nyoman Sujata Kepala Badan Lingkungan Hidup Prop. Bali bahwa Pulau Bali mendapat predikat kualitas lingkungan terbaik di Indoesia. Yaitu mencapai 99.65 persen. Melampaui sasaran rata-rata Nasional yaitu 66 persen (Harian Analisa, 2012). Untuk itu mari kita tiru cara Pulau Bali menghadapi lingkungannya. Mari para orang bijak yang peduli lingkungan melakukan studi banding ke Pulau Bali, jangan ke Italy atau Turky. Karena kita bukan mau membangun menara Pizza atau Piramida.  Kalaulah ingin studi banding menghijaukan lingkungan,  Taman Eden 100 terbuka untuk siapapun yang ingin menimba ilmu. Ide dan cara  menanam pohon dan menjaga lingkungan perlu di contoh oleh siapa saja pencinta lingkungan karena akan menambah besar paru-paru dunia. Makin besar paru-paru akan makin lega kita bernafas.  


AIR TERJUN DI TAMAN EDEN 100
Taman Eden “100″ adalah sebuah Taman Wisata Alam, Taman Wisata Rohani dan Taman Pelestarian Lingkungan Hidup, juga suatu Perpustakaan Alam terindah untuk di kunjungi.  Taman ini  berada di Desa Lumban Rang – Sionggang Utara, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir, Sumut, dengan ketinggian tempat antara 1.100 – 1.750 meter diatas permukaan laut. Letaknya sangat strategis di jalan lintas Sumatera tepatnya 17 km dari kota wisata Parapat. Tujuan diadakannya Taman Eden 100 ini adalah untuk melestarikan hutan di kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Menurut pengelola Taman Eden 100 ”Marandus Sirait” bahwa penanam pohon  di Taman ini berasal dari bermacam-macam Suku Bangsa, Agama dan Golongan. Yang paling penting bagi pengelola adalah menghijukan taman ini. Menurut penulis kerja keras penggagas taman ini  sangatlah positif. Pengharapan selanjutnya adalah pemilik lahan atau lahan marga mau meniru cara kerja sang penerima  hadiah KALPATARU ini.

          Pemikiran Awal Pembentukan Taman Eden 100
Marandus Sirait, seorang guru musik di kota Medan yang telah memiliki alat-alat musik lumayan lengkap dan sudah barang tentu mempunyai murid-murid yang cukup menghibur dan membuat hidupnya bahagia. Peminat belajar musik biasanya dari golongan anak-anak yang orang tuanya memiliki kecukupan atau diatas sederhana. Karena untuk itu diperlukan biaya ekstra. Apalagi guru musik yang beroperasi di kota Medan yang termasuk sarangnya seniman. Tetapi itu
AIR  TERJUN DI TAMAN EDEN 100
semua tak membuatnya puas seutuhnya. Ketika dia pulang kampung melihat 40 hektar lahan keluarganya tandus, hatinya miris dan berpikir untuk apa saya hidup bergembira bermusik ria di kota Medan sementara lahan kampung ku tak di urus. Dengan sangat nekat..... dan boleh dikata rencana gila-gilaan (maaf bung Marandus). Alat-alat musik kesayangannya satu persatu berguguran menjadi rupiah demi membiayani dan membeli bibit pohon untuk di tanam di lahan marga ini. Pada awalnya tak kurang dari 100 jenis pohon produktif dia tanam, kemudian dia merenung dan membayangkan ”wah sorga ku akan tercipta”. Ini semua akan ku persembahkan bagi siapa saja yang akan menikmati sorgaku ini, memakan buahnya secara gratis, mandi di air terjun. Memanjakan diri di Sungai yang alangkah indahnya, tidak tercemar.  Kemudian dia menamakan sorga buatannya ini dengan nama TAMAN EDEN 100. Karena awal koleksi taman ini serba 100 yang terdiri dari Tanaman buah, tanaman hutan, Anggrek, dan lain sebagainya.  


TREKING MENUJU BUKIT MANJA

Aktivitas yang dapat dilakukan
Parapat sudah cukup dikenal dengan Danau Tobanya, seindah apapun kata dirangkai semanis apapun puisi dicipta  tak cukup untuk memuji Danau Toba. Tetapi ketika wisatawan ingin sesuatu variasi wisata demi melengkapi objek kunjungan maka jawabannya adalah Taman Eden 100.
Di Taman ini suasana Danau sama sekali hilang, hanya udara sejuk yang terbawa karena ketinggian tempat taman ini lebih tinggi dari Parapat. Menelusuri Taman Eden inci demi inci kita selalu ditakjubkan oleh pemandangan lain dari yang lain. Berbagai jenis pohon yang terjajar di pinggiran jalan setapak di taman ini, ditanam oleh pengunjung. Nama dan alamat pengunjung langsung dapat kita lihat  melalui plat nama yang sengaja di buat untuk menandakan pohon tanaman si Anu. Banyak artis ibu kota, pejabat, dan masyarakat turut berpartisipasi menyemarakkan tanaman di taman ini. Sistem adopsi penanaman pohon memang dikenakan biaya. Penanam pohon cukup membayar Rp.100.000 –  Rp.300.000 biaya itu digunakan untuk merawat pohon dan bila pohon mati akan diganti dengan bibit yang sama sehingga penanam tidak perlu ragu kalau-kalau pohon yang ditanam tidak tumbuh. Pengelolan Taman ini sangat perduli dengan tumbuhnya pepohonan di taman ini. Untuk masuk ke taman ini dipungut biaya Rp.5000/ orang, kalau yang masuk group harga bisa nego, karena pengelolan cukup pengertian dengan kantong pengunjung. Ketika penulis berkunjung ke taman ini ada tulisan yang cukup menarik perhatian ” Stroberry Petik sendiri” wah... bukan main riangnya hati. Udara segar, dipinggir sungai nan jernih, tidak jauh dari air terjun ada tawaran yang sangat menakjubkan. Makan buah gratis.

Makan bersama di Bukit Manja (Mengenang Teman yang hilang di Danau Toba)
Bagi menggemar anggrek, Taman Eden tidak kalah meriahnya. Taman Anggrek yang berada di sini mengoleksi
bermacam-macam anggrek yang berasal dari daerah setempat sehingga sebutan koleksi Anggrek Toba pun tercetus. Pengelola Taman secara khusus membangun area konservasi anggrek toba dengan label Orchid Park, termasuk salah satu taman konservasi anggrek hutan di Sumatera Utara.

  Air Terjun
Sekitar 15-20 menit berjalan kaki dari gerbang utama, para  pengunjung dapat menikmati air terjun bertingkat yang cukup jernih. Di sinilah semua kelelahan, stress dan kesibukan sehari-hari terasa fresh kembali, sepertinya  ini lah sorganya taman ini.

Trekking

Untuk melakukan trekking di Taman Eden cukup bervariasi dari mulai tingkat ringan sampai tingkat berat. Sebagai contoh Trekking ke ”Bukit Manja” memakan waktu dua setengah jam sekali jalan sehingga pengunjung harus berangkat pagi agar turun tidak kemalaman. Bersama rombongan wisatawan lokal penulis melalukan trekking yang cukup menggembirakan. Bagi pemula memang agak berat karena tanjakan yang harus didaki cukup melelahkan. Tetapi medannya tidak membahayakan sehingga pengunjung tidak perlu terlalu khawatir untuk melakukan trekking. Pengunjung berhadapan dengan sesuatu hal yang
sudah langka yaitu (plastik) dalam perjalanan trekking  yang begitu jauh tidak ditemukan sampah plastik atau bekas botol air mineral. Sementara ditempat wisata lain plastik dan bekas botol air mineral adalah pemandangan yang sudah biasa. Hal ini cukup menyejukkan hati inilah ekowisata yang sebenarnya. Ketika berbincang dengan yang punya taman kami cukup prihatin karena pohon ara atau pohon tin sumbangan dari Israel yang berada di taman ini dan sudah setinggi 1,5 meter  telah mati. Penyebab kematian belum diketahui, mungkin cuaca kurang sesuai atau terserang hama tanaman. Wah .... koleksi tanaman
yang cukup baik untuk suatu kegiatan ekowisata khususnya wisata edukasi. Mungkin inilah ECOLIBRARY atau Perpustakaan Alam yang seutuhnya. Penulis merasa cukup bangga karena punya cita-cita memadukan alam dan buku (live material dan dead material) bergabung jadi satu menjadi ”ECOLIBRARY”. Mudah-mudahan Taman Eden 100 bisa dijadikan ecolibrary bagi pencari informasi khususnya untuk peminat tanaman dan pengabdi lingkungan.
          Mari........nikmati keindahan alam dengan segala pesonanya, dan menghargai kerja keras penggagas TAMAN EDEN 100  yang sarat akan nilai fundamental. Horas
............................................”Selamat Berkunjung ”.................................